MUTIARA
IKHLAS RAMADHAN Oleh K.H.Yusuf Mansur - Semakin bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti
rasa syukur. Dikaruniai apa saja, kendati sedikit, ia tidak akan
habis-habisnya meyakini bahwa semua ini adalah titipan Allah semata,
sehingga amat jauh dari sikap ujub dan takabur. Persis seperti ucapan
yang terlontar dari lisan Nabi Sulaiman AS, tatkala dirinya dianugerahi
Allah berbagai kelebihan, "Haadzaa min fadhli Rabbii, liyabluwani
a-asykuru am afkuru." (QS. An Naml [27] : 40). Ini termasuk karunia
Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku mampu bersyukur atau malah kufur
atas nikmat-Nya.
Suatu saat bagi Allah akan menimpakkan ujian
dan bala. Bagi orang yang hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa
nikmatnya. Ujian dan persoalan yang menimpa justru benar-benar akan
membuatnya kian merasakan indahnya hidup ini. Karena, orang yang
mengenal Allah dengan baik berkat hati yang bersih, akan merasa yakin
bahwa ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah, yang membuat
seseorang semakin bermutu.
Boleh saja kita memakai segala
apapun yang indah-indah. Namun, kalau tidak memiliki hati yang
indah,demi Allah tidak akan pernah ada keindahan yang sebenarnya.
Karenanya jangan terpedaya oleh keindahan dunia. Lihatlah, begitu banyak
wanita malang yang tidak mengenal moral dan harga diri. Mereka pun
tidak kalah penampilannya. Kendatipun demikian, secara fitrah manusia
memahami mereka bukanlah pasangan yang baik secara hakiki, tetapi
hanyalah memamerkan dirinya alat syetan yang mengajak manusia umumnya
pria kepada hawa nafsu, dan demikian merekapun akan ketimpa kemalangan
akibat dosanya. Kendati Mereka tetap diberi oleh Allah dunia yang indah
dan melimpah hanyalah istidraj yaitu kesenangan dalam pelanggaran
perintah Allah SWT, kesenangan yang menipu demi tertumpuknya dosa akibat
memilih jalan hidup yang tidak diredhoi Allah.
Ternyata dunia
dan kemewahan bukanlah tanda kemuliaan yang sesungguhnya karena
orang-orang yang rusak dan durjana sekalipun diberi aneka kemewahan yang
melimpah ruah oleh Allah. Kunci bagi orang-orang yang ingin sukses,
yang ingin benar-benar merasakan lezat dan mulianya hidup, adalah
orang-orang yang sangat memelihara serta merawat keindahan dan kesucian
qalbunya. Para Nabi adalah paling bening hatinya, tidak ada level
manusia menyamainya, bening dalam ketaatan kepada Allah, menyebarkan
Dien Islam sebagai karir hidupnya, dan ibadah-ibadah sebagai penopang
kekuatan jiwanya mengemban tugas, itulah rumus dijalan Allah SWT di
level tertinggi.
Rasulullah SAW pakaiannya tidak bertabur
bintang penghargaan, tanda jasa, dan pangkat. Akan tetapi, demi Allah
sampai saat ini tidak pernah berkurang kemuliaannya. Rasulullah SAW
tidak menggunakan singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun memiliki
rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, sampai detik ini sama sekali
tidak pernah luntur pujian dan penghargaan terhadapnya, bahkan hingga
kelak datang akhir zaman. Apakah rahasianya? Ternyata semua itu
dikarenakan Rasulullah SAW adalah orang yang sangat menjaga mutu
keindahan dan kesucian hatinya. Tetap terjaga hatinya dijalan Allah,
memuliakan umat manusia dengan Iman dan Islam walau cobaan, fitnah
menghampiri.
Rasulullah SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh
manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka
akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak
pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu!" (HR. Bukhari
dan Muslim).
Kecintaan kepada Allah, dimiliki para Nabi, mereka
seakan hanya memikirkan dakwah, memerangi khurafat, syirik demi
kebeningan keyakinan atas cintanya kepada Allah, seribu satu umat ini
yang berazzam mengikuti tugas para Nabi. Bukti keikhlasan cinta karena
tidak ingin mengecewakan Allah, menyepi dengan Robb-Nya setiap malam
menguatkan jiwa, dan Ramadhan membantu kita menyibak tabir bahwa duniawi
harus dibatasi, perintah Allah dijalani dengan maksimal, dengan zakat,
sedekah digalakkan, amal ibadah diperbanyak dalam kerangka puasa
dikesehariannya mengiringi amaliahnya untuk selalu ikhlas, menguatkan
keikhlasan, itulah kunci pertolongan Allah. Ikhlas itu mengharapkan yang
terbaik diserahkan secara tulus dengan niatan penuh karena tujuannya
puncak kebaikan yaitu Allah SWT.
Senantiasa menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali sehingga aku tidak boleh gagal dan sia-sia tanpa guna.
Ikhtiar yang disertai niat yang sempurna itulah tugasku, perkara apapun
yang terjadi kuserahkan sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Tahu yang
terbaik bagiku.
Aku harus sadar betul bahwa yang terbaik bagiku
menurutku belum tentu terbaik bagiku menurut Allah, bahkan mungkin aku
terkecoh oleh keinginan harapanku sendiri. Betapa masih banyak
pelanggaran, kesia-siaan hidup, dibandingkan ketaatannya.
Pengetahuanku tentang diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan
pengetahuan Allah menyelimuti segalanya. Sehingga betapapun aku sangat
menginginkan sesuatu, tetapi hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi
kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang
terbaik bagiku. Tapi aku tahu yang terbaik bahwa hidup ini hanya untuk
Allah, ujian dan cobaan yang ada akan terasa ringan bila mengikuti
Petunjuk-Nya, Al Quran dan Al Hadist. Memahami dalil demi dalil, sebagai
informasi terpenting kemenangan besar, dia akan fokus. Lain bila yang
berhati kotor, ada tugas kantor malah fokus hingga sholatnya molor,
dibenaknya apalagi selain duniawi tidak mengindahkan perintah Allah,
HATI KOTOR hakikatnya hati yang berniatan selain Allah SWT, selain Agama
Allah Dienul Islam.
Bila jamaah belum memahami ini maka akan
terjebak kepada kesalahan pemahaman kebanyakan orang, semisal Puasa
menahan marah padahal dulu Rosulullah SAW sampai perang badar dibulan
Ramadhan, apakah artinya kita dibanding Rosulullah SAW ?. Bahkan dalam
Qur'an Allah bantuin dengan ribuan malaikat, bantahan apalagi bila
semuanya nyata, tetapi kita menyikapinya berbeda, tanpa mengkaji
hakikatnya memperbodoh diri sendiri, kebiasaannya berpendapat sendiri,
tanpa dalil dan Sunnah yang syar'i niscaya kesanain rawan dalam kesia2an
hidup.. Hakikat nafsu adalah tunduk dalam perintah Allah SWT, apa yang
dilarang jauhi, dan yang diperintahkan kerjakan maksimal dengan ikhlas,
Ramadhan membentengi semua amal untuk ikhlas, memberikan yang terbaik
dalam niatan, dan amal, karena Allah pemilik segala kebaikan. Sungguh
merugi mereka yang gak berupaya memahami ini sedalam-dalamnya, ibarat
kapal yang mudah terombang-ambing jalan2 selain Allah SWT.